Senin, 02 Januari 2012

Pemakaian huruf dalam Ejaan Yang Disempurnakan

A.    Pemakaian Huruf
Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang baik pemisahan maupun penggabungan[1]. Bunyi ejaan huruf dari masa kemasa terus mengalami perubahan yang mulanya pada tahun 1901 menggunakan ejaan Van Ophuisjen yang memiliki penulisan beberapa huruf yang khas, yaitu:


a.       Huruf oe untuk menuliskan kata-kata kamoe, iboe, restoe, dan lain-lain.
b.      Huruf digunakan dalam menuliskan kata-kata ta’zim ’akal, ta’, ma’mur, ra’yat, dan lain-lain.
c.       Huruf j untuk menuliskan kata-kata  jang, sajang, bajangan, saja (aku), dan lain-lain. [2]
Periode salanjutnya ialah ejaan Soewandi yang diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 memiliki beberapa penulisan huruf yang khas, yaitu:
a.       Huruf u digunakan untuk menggantikan huruf oe dalamm ejaan van Ophuisjen. Huruf u digunakan dalam kata-kata sayu, rayu, kayu, kamu, dan lain-lain.
b.      Huruf k dipergunakan untuk menggantikan huruf dalam ejaan van Ophuisjen. Huruf k digunakan dalam menulis kata-kata rakyat, tak, takzim, dan lain-lain.
c.       Perangkaian penulisan awalan di dengan kata benda yang mengikutinya, seperti dikampus, dimasjid, dan dikelas.
Disamping itu, ejaan soewandi juga mempergunakan huruf-huruf berikut:
a.       dj untuk menuliskan kata djalan, djadwal, djaja, dan sebagainya.
b.      tj untuk menuliskan kata-kata tjahaya, tjara, tjermin, dan sebagainya.
c.       nj untuk menuliskan kata-kata njonja, kenjang, dan njata.
Dengan berlakunaya Ejaan yang Disempurnakan, terjadi beberapa perubahan penulisan huruf. Perubahan tersebut antara lain:
a.       Penulisan awalan di yang sebelumnya dirangkai dengan kata yang mengikutinya, kemudian dipisahkan, contoh: di rumah, di perpustakaan, dan di kebun.
b.      Perubahan lambang-lambang bunyi (huruf), yaitu :
·         dj  berubah menjadi j, contoh   jalan, jasa, dan jual.
·         tj  berubah menjadi c, contoh cerita, cara, dan cacat.
·         nj berubah menjadi ny, contoh nyata, menyesal, dan tanya.
Penulisan huruf  dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mendapatkan penjelasan yang rinci untuk menciptakan keseragaman dalam penulisannya. Ejaan yang Disempurnakan meletakkan kaidah-kaidah yang jelas mengenai begaimana huruf-huruf herus di tulis dalam suatu kalimat. [3]
1.      Penulisan huruf  kapital
Huruf kapital (huruf besar) adalah huruf-huruf A,B,C,D,E, dst. Kaidah­kaidah EYD yang berkaitan dengan penulisan huruf kapital adalah :
a.       Huruf kapital ditulis pada awal kalimat dan awal kalimat yang merupakan petikan langsung, contoh:
-          Keadilan adalah sebuah konsep yang abstrak.
-          Rasulullah berkata “Perbuatan manusia bergantung pada niatnya”
b.      Huruf  kapital digunakan untuk awal nama orang, gelar kehormatan yang diikuti nama orang dan kata sebutan yang diikuti dengan nama orang, contoh:
      Sayyid Qutb adalah seorang ahli tafsir kenamaan.
Sebutan yang menggantikan nama orang atau untuk menyebut orang secara langsung mempergunakan huruf kapital, contoh:
Kami harap Saudara bisa menerima tugas itu dengan baik.
Akan tetapi:
Gelar dokter tetap ditulis dengan huruf kecil, contoh:
Setelah menempuh pendidikan S3, putra pak Ari menyandang gelar Doktor raharjo, sedangkan putrinya yang lulus dari S1 kedokteran menyandang gelar dokter.
c.       Huruf kapital digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama, seperti kitab suci, hari raya dan Tuhan, contoh:
              Pada Fakultas Ushuluddin diajarkan perbandingan agama sehingga mengenal agama Hindu, Kristen, Bhuda, maupun Yahudi.
d.      Huruf kapital digunakan untuk menulis nama negara, bangsa, dan suku contoh:
Ahmad berasal dari negara  Thailand
Tetapi:
- Pisang, khususnya pisang ambon sangat baik untuk pencernaan.
- Salah satu bahan  untuk membuat dawet adalah gula jawa.
e.       Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama hari, bulan tahun dan peristiwa bersejarah contoh:
Setiap tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
f.       Huruf kapital digunakan untuk menyebut nama-nama khas letak geografis, contoh:
Pernahkah kalian mendengan Air Terjun Niagara?
g.      Huruf kapital digunakan dalam lambang pemerintahan dan dokumentasi resmi, contoh:
Dewan Perwakilan Rakyat mengadakan dengar pendapat denagn mentri kehutanan. [4]
h.      Huruf kapital digunakan dalam judul buku, skripsi, tesis, disertasi, artikel, berita koran dan berita majalah, contoh:
Novel Anak Semua Bangsa adalah karya satrawan besar Indonesia, Pramudya Ananta Toer.
Catatan:
Kata-kata di, ke, dari, yang, dan untuk yang terdapat dalam judul, kecuali yang berada di awal kalimat, ditulis dengan huruf kecil.
2.      Huruf  Miring (Italic)
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut:
a.       Penulisan judul karya ilmiah, novel, artikel, dan berita, contoh:
Buku Islam karya Fazlur Rahma menyajikan analisis yang mendalam mengenai berbagai bidang agama Islam melalui pendekatan sejarah.
b.      Penegasan dan pengkhususan huruf, kata, atau kelompok kata, contoh:
Ejaan Soewardi menggunakan huruf tj untuk kata-kata tjatat dan tjatjat, sedangkan EYD menggunakan huruf c untuk kata-kata diatas.
c.       Penulisan istilah ilmiah atau istilah-istilah asing yang belum diadopsi atau diadaptasi oleh Bahasa Indonesia, contoh:
Para ulama menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri dengan hisab dan rukyah.[5]





[1] Arifin, Zainal dan Tasai, Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, Akademika Pressindo,  2003, hlm .170.
[2] Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang, Rasail, 2006, hlm. 77
[3] Ibid. Hlm. 78 – 79.
[4] Ibid. Hlm.79 – 80.
[5] Ibid. Hlm 81– 83.

Televisi

a.      Pengertian
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata teleλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
b.       Fungsi 
Ahli komunikasi massa Harold D Lasswell dan Charles Wright (1954) menyatakan bahwa ada empat fungsi sosial media massa,yaitu:
            pertama, sebagai social surveilance. Pada fungsi ini, media massa termasuk media televisi, akan senantiasa merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi seobjektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat bersangkutan.
Kedua, sebagai social correlation. Dengan fungsi korelasi sosial tersebut, akan terjadi upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Begitupun antara pandangan-pandangan yang berbeda, agar tercapai konsensus sosial.
Ketiga, fungsi socialization. Pada fungsi ini, media massa selalu merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Keempat, fungsi entertainment. Agar tidak membosankan, sudah tentu media massa perlu juga menyajikan hiburan kepada khalayaknya. Hanya saja, fungsi hiburan ini sudah terlalu dominan mewarnai siaran televisi kita, sehingga ketiga fungsi lainnya, seolah telah terlupakan.
keempat fungsi media massa tersebut bersinergi dan sinkron dalam rangka menyajikan tontonan yang sehat. Sebab, hanya dengan tontonan yang sehat sajalah yang nantinya dapat melahirkan generasi yang sehat
c.       Dampak
dampak positif menonton acara televisi yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia prasekolah. Acara televisi yang paling banyak diteliti ialah Sesame Street yang menunjukkan efek positif untuk pembelajaran bahasa bila ditonton anak usia 3–5 tahun. Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa acara televisi tanpa maksud pendidikan—seperti film kartun pada umumnya—tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan berbahasa. Setelah remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa menonton Sesame Street ternyata meraih nilai pelajaran yang lebih tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk meraih prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah tidak menonton acara tersebut.
Melalui televisi, anak-anak dan remaja juga dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati, toleransi kepada orang dari ras atau etnis lain, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
dampak negatif bagi anak-anak dan remaja, seperti perilaku agresif, penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko, obesitas, gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di sekolah. Bila di dalam kamar anak terdapat televisi, risiko anak mengalami kelebihan berat badan dan kemungkinan anak merokok meningkat, anak menjadi kurang membaca dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang.